Welcome to My Website

Kami menyediakan banyak informasi disini semoga semua informasi dapat bermanfaat dan semuanya gratis!! tanpa bayar . . .

Admin :
cyberlow@ymail.com

Terima Pemasangan Iklan dan Banner, Dari Berbagai Situs - Situs Besar .

Garam dan Telaga

Diposting oleh cyberlow Selasa, 07 Juli 2009


Suati ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang di rundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memnag nampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak tua yang bijak hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Di taburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakana bagaimana rasanya . .”ujar pak tua itu.

“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak tua itu sedikit tersenyum. Ia,lalu mengajak tamunya itu untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.

Pak tua itu lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riiak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, pak tua berkata lagi, “Bagaiman rasanya?”.
“Sergar”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air ituu?”, Tanya pak tua itu lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.

Dengan bijak, pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajak duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak Muda, dengarkanlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segengggam air garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan di dasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bias kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan pak tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering dating padanya membawa keresahan jiwa.
*******************************


0 komentar

Posting Komentar

Komentar

Daftar Blog Saya

Twitter Updater